Jumat, 13 Maret 2015

LIKA LIKU LAKI-LAKI

LIKA LIKU LAKI-LAKI

L aki-laki
I nilah sifat laki-laki
K etika bicara suka berapi-api
A da kalanya berhati-hati



L aki-laki suka juga dipuja dan dipuji
I ngin juga bersolek dan jaga gengsi
K etika bertemu wanita pujaan hati
U lahnya bagai satria bersenjata api

L aki-laki ketika berhias diri
A lihkan perhatian banyak hati
K alo berjalan suka lirik kanan kiri
I ngin bertamasya menghibur diri

L ain lagi laki-laki sejati
A da saja ulahnya menarik hati
K etika bekerja dan terus berbakti
I ngat! Cerita ini masih perlu bukti

 Karya: Sugar Ray alias Sugiri sugi

JUDI BOLA, ETIKA ISLAM DAN ETIKA BISNIS

Oleh: Sugiri




1. PENGANTAR

Menganalisis tulisan di:
Studi Kasus 1:
http://medanbisnisdaily.com/news/read/2013/03/24/19725/terperangkap_dalam_taruhan_bola/#.U0itAaKebDc
Tulisan itu berjudul “TERPERANGKAP DALAM TARUHAN BOLA” sebagai berikut:

Sepak bola pada umumnya merupakan permainan yang sangat diminati hampir semua kawula khususnya kaum lelaki. Jika membahas tentang sepak bola maka kawula muda tidak akan pernah bosan. Sayangnya bagi sebagian remaja, sepak bola telah dijadikan ajang taruhan. Yakni bertaruh untuk tim kesayangannya.

Para remaja mengaku bahwa dengan taruhan, permainan akan semakin menarik dan menantang. Padahal sungguh menyakitkan, jika sampai orangtua mendegar anaknya yang senang bermain bola telah menjadi penjudi.

Awalnya memang remaja hanya memulai taruhannya dengan jumlah kecil tetapi jika telah menang maka pikiran untuk mengulanginya pasti akan ada. Tidak hanya sekedar itu saja, kawula muda yang menang akan kecanduan, karena menurut mereka, hal ini gampang untuk memperoleh uang. Berikut penulis akan menjabarkan dampak yang akan dialami di kawula muda yang sering mengajimumpungkan olahraga sepak bola menjadi ajang judi.

Pertama, kawula muda akan menghalalkan segala macam cara untuk memperoleh uang yang akan dijadikan sebagai taruhan. Tak jarang sobat muda akan berbohong untuk mendapatkan uang.

Contohnya saja meminta uang untuk membeli peralatan sekolah atau mengatakan bahwa di sekolah ada pemungutan dana karena kemalangan.

Contoh lain yang paling sering ditemui akhir-akhir ini adalah kawula muda menyalahgunakan kepercayaan orangtua untuk membayar SPP. Kawula muda yang seharusnya membayar SPP malah menggunakan uang tersebut membayar uang taruhan. Dalam hal ini remaja telah melakukkan dua kali kesalahan pertama berbohong kepada orangtua dan yang paling fatal adalah berdosa kepada Tuhan.

Kedua, akan berdampak buruk pada kesehatan kawula muda. Karena itu untuk maka kawula muda akan begadang semalaman suntuk untuk menyaksikan permainan bola yang sering ditayangkan di televisi pada dini hari. Hal ini tentu sangat mempengaruhi kesehatan sobat belia sekalian juga bukan?
Ketiga, sobat kawula muda akan malas dalam bekerja dalam hal apapun baik itu bekerja membantu orangtua maupun bekerja untuk menyelesaikan tugas rumah yang diberikan dari sekolah. Nah, jika sudah jadi malas bagimana menggapai impian ataupun cita-cita para sobat sekalian? Semua akan percuma bukan? Untuk itu penulis juga akan menawarkan beberapa cara supaya para kawula muda tidak terperangkap akan kecanduan taruhan tersebut.

Selanjutnya penulis merekomendasi cara-cara keluar dari jebakan judi bola sebagai brikut:

Cara Menghindari:
kecanduan Taruhan
Jika kawula muda ingin mencapai cita-cita, maka kamu harus menghindari taruhan ataupun judi dalam bentuk apapun. Sobat belia bisa menyaksikan sendiri orang-orang besar dan kaya raya jatuh bangkrut karena kecanduan berjudi. Nah, jika kawula muda tidak ingin jatuh lebih dalam lagi di dunia perjudian, maka mulailah menjauh dari permainan yang demikian.

Sebenarnya berbicara tentang solusi, maka penulis hanya bisa berkata kepada sobat belia untuk lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta dengan mempertebal ilmu agama. Agama tentu mengajarkan hal yang terbaik bagi manusia tidak ada agama yang menyesatkan dan mengajarkan manusia untuk berbuat hal yang tidak baik. Setiap agama sangat melarang umatnya untuk melakukan perjudian yang tentunya merugikan.

Menggemari sebuah tim sepak bola tiada salahnya, namun jangan dijadikan sebagai ajang taruhan. Boleh sesekali menyaksikan pertandingan untuk menambah pelajaran maupun trik baru dalam bermain sepak bola.

Cara selanjutnya untuk menghindari taruhan, pilihlah teman yang bisa mengajak kita kearah yang baik dan positif. Jika kita telah memilih teman yang baik maka kita akan terhindar dari hal-hal negative. Memang memulai hal yang baik itu sangat sulit. Sebagai teman yang baik, kita wajib mengingatkan bahwa taruhan itu, hal yang merugikan.

Jadi bagi kawula muda tetap semangat untuk bertindak positif dan jauhi hal negatif seperti taruhan untuk bermain sepak bola. Daripada memprediksi tim yang akan menang karena ada taruhan, bukanlah lebih seru, menyaksikan pertandingan tanpa harus terbeban dan diselimuti ketakutan?

Studi Kasus 2:

Jurnal Business and Society Review (1999), menulis bahwa 300 perusahaan besar yang terbukti melakukan komitmen dengan publik yang berlandaskan pada kode etik akan meningkatkan market value added sampai dua-tiga kali dari pada perusahaan lain yang tidak melakukan hal serupa. Bukti lain, seperti riset yang dilakukan oleh DePaul University (1997), menemukan bahwa perusahaan yang merumuskan komitmen korporat mereka dalam menjalankan prinsip-prinsip etika memiliki kinerja finansial (berdasarkan penjualan tahunan/revenue) yang lebih bagus dari perusahaan lain yang tidak melakukan hal serupa. Sebuah studi selama 2 tahun yang dilakukan The Performance Group, sebuah konsorium yang terdiri dari Volvo, Unilever, Monsato, Imperial Chel Industires, Deutsche Bank, Electolux, dan Gerling, menemukan bahwa pengembangan produk yang ramah lingkungan dan peningkatan environmental compliance bisa menaikkan EPS (earning per share) perusahaan, mendobrak profitability, dan menjamin kemudahan dalam mendapatkan kontrak atau persetujuan investasi.


2. TUJUAN PEMBAHASAN.

Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk :
1. Memahami makna dan peran pentingnya Etika
2. Meningkatkan kesadaran betapa pentingnya Etika bisnis atau etika itu sendiri dalam hidup manusia.
3. Menerapkan peranan etika dalam berbisnis
4. Memberi rekomendasi guna membangun bisnis yang sehat

III. PEMBAHASAN
Amyardi, SH, SE, MM. dalam Modul Seri 3: Etika Bisnis Berdasarkan Ajaran Agama – Agama
Menjabarkan Sistem Etika Islam yang dikeluarkan oleh Program pasca sarjana, Magister Akuntansi  - Fakultas Ekonomi Universitas mercu buana, Jakarta 2010 sebagai berikut:
Berbagai tindakan ataupun keputusan disebut etis bergantung pada niat individu yang melakukannya. Allah Maha Kuasa dan mengetahahui apapun niat kita sepenuhnya dan secara sempurna.
Niat baik yang di ikuti tindakan yang baik  akan dihitung sebagai ibadah. Niat yang halal tidak dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.
Islam memberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan bertindak berdasarkan apa pun keinginannya , namun tidak dalam tanggungjawab dan keadilan.
Percaya kepada Allah SWT memberi individu kebebasan sepenuhnya dari hal apa pun  atau siapa pun kecuali Allah.
Keputusan yang mengutungkan kelompok mayoritas ataupun kelompok minoritas tidak secara lansung berarti bersifat etis dalam dirinya. Etika bukanlah permainan mengenai jumlah.
Islam mempergunakan pendekatan terbuka terhadap etika, bukan sebagai system yang tertutup, dan berorientasi diri sendiri. Egoisme tidak mendapat tempat dalam Islam.
Keputusan etis harus didasarkan pada pembacaan secara bersama–sama antara Qur’an.
Islam mendorong untuk berprilaku etis ditengah godaan dunia.

Dari uraian di atas tersurat kata etika (ethics) yang berarti moral dan dan tersirat kata etiket (etiquette) yang berarti sopan santun. Persamaan antara etika dengan etiket yaitu: etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket. Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.
Jadi ajaran Islam telah menentukan perbuatan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Bagi memenuhi hajat hidupnya maka manusia melakukan bisnis. Karena manusia tidak dapat hidup sendiri akan tetapi ia memerlukan bantuan orang lain dan berbisnis dengan orang lain maka Islam pun telah menggariskan apa saja yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Tentu caranya ia berinteraksi dengan orang lain dalam berbisnis harus menjungjung tinggi aturan-aturan sosial. Aturan-aturan sosial itu berupa moral dan sopan santun.
Sebenarnya keberadaan etika bisnis tidak hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sederhana atau "remeh" atau, "Bisakah kita melakukan etika berbisnis/ tidak melanggar hukum untuk meningkatkan kinerja divisi kita ?" jawabannya "pasti bisa"
Dari dua kasus di atas kita dapat melihat bahwa:
Pada kasus 1) judi dalam hal ini judi bola jelas dilarang termasuk perbuatan tidak bermoral dalam Islam artinya tidak boleh dilakukan. Itulah aturan moral atau etika. Bila orang melanggarnya tidak hanya akan menanggung dosa tetapi juga akan menanggung resiko kebangkrutan karena judi bukanlah jalan yang benar untuk meraih kekayaan.
Pada kasus 2) Komitmen manajemen perusahan terhadap publik yang menjadi stakeholdernya berdasarkan kode etik yang disusun adalah contoh aturan moral yang harus dilakukan. Si pelaku
(manajemen perusahaan) akan mendapatkan kepercayaan dari customernya dan pada akhirnya akan meningkatkan perolehan laba yang memuaskan seiring bertambahnya customer.
Dapat kita katakan dari ke dua kasus itu bahwa aturan hidup berupa aturan moral merupakan keniscayaan untuk mengatur hak dan kewajiban manusia dalam interkasinya sebagai makhluk social. Sesuatu keniscayaan adalah sesuatu buka sekedar penting tetapi merupakan pondasi dari bangunan hubungan salng menguntungkan di antara manusia, bahkan etika itu juga harus mengenai pada lingkungan alam selain manusia. Alam lingkungan adalah bagian tak terpisahkan dari system kehidupan manusia, sehingga moral itu adalah aturan bagi tercapainya kehidupan yang harmonis. Dalam organisasi terdapat kode etik yang tujuannya adalah agar pengurus dan anggota bertingkahlaku dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kode etik itu. Kode etik memuat aturan perintah dan larangan.

II.  PERANAN ETIKA BISNIS DALAM KEHIDUPAN

(1). Nilai Etika Perusahaan ( Company Ethics Value)
Kepatuhan pada kode etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan dan para pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan memaksimalkan nilai pemegang saham. Beberapa nilai-nilai etika perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu kejujuran, tanggung jawab, saling percaya, keterbukaan dan kerja sama. Sebagai contoh yang sering kita ketahui yaitu kode etik yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan, antara lain masalah informasi rahasia dan bentuan kepentingan.
(2). Code of Corporate and Business Conduct
Kode etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (code of corporate and business conduct) merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan & pimpinan perusahaan untuk melakukan prakter-praktek etik bisnis yang terbaik di dalam semua hal yang dialakukan atas nama peusahaan. Dengan tujuan agar prinsip etika bisnis menjadi budaya perusahaan (corporate culture), maka seluruh karyawan dan para pimpinan perusahaan akan berusaha memahami dan berusaha mematuhi "mana yang boleh" dan mana yang tidak boleh dilakukan dalam aktivitas bisnis perusahaan. Pelanggaran atas kode etik merupakan hal yang serius, bahkan dapat termasuk kategori pelanggaran hukum.

Contoh : Di Indonesia dengan Topik : The Challenges of Legal Profession in The Corrupt Society (Gayus Lumbuun, 2008), yang memaparkan (1) penegakan hukum pemberantas korupsi, (2) substansi/norma hukum kebijakan pemberantas KKN, (3)kelembagaan/ struktur hukum pemberantasan KKN, (4) budaya hukum (legal culture dalam kebijakan pemberantas KKN. Dari keempat unsur hukum tersebut, maka unsure ketiga dari sistem hukum yang sangat berpengaruh dalam implementasi UU tentang tindak pidana korupsi adalah masalah budaya hukum yang terkait dengan pemberantas KKN. Budaya hukum disini dapat dikelompokkan kedalam 2 hal yaitu: budaya yang menyimpang dan budaya sebagai karakter entitas. Budaya hukum yang menyimpang inilah yang sebenarnya masih dapat diperbaiki. Beberapa bagian penting yang terkait dengan budaya hukum ini adalah mengenai sebab-sebab dan pelaku korupsi, serta dukungan masyarakat dalam pemberantasan KKN, dan strategi umum yang dapat dilakukan dalam pemberantas KKN.
Dari uraian di atas kita bisa berpandangan bahwa apapun namanya—moral, etika, kode etik, mou, agama, dan lain sebagainya adalah garis-garis pembatas antara mana yang boleh dilakukan dengan mana yang tidak boleh dilakukan mengenai perilaku dalam interkasi baik dalam lingkungan organisasi formal maupun non-formal. Batasan-batasan itu sebenarnya untuk memelihara hak-hak orang lain yang berarti kewajiban bagi kita untuk memeliharanya. Di saat yang sama adalah kewajiban orang lain menjaga-jaga hak-hak kita yang berarti. Misalnya: manajemen mememberikan hak-hak pada karyawan. Pada saat itu merupakan kewajiban bagi manajemen dan merupakan hak bagi karyawan. Begitupun sebaliknya ketika karyawan wajib bekerja melayani manajemen pada saat itu merupakan hak-hak bagi manajemen.
II.  REKOMENDASI
Sebenarnya kode etik, aturan moral, atau etika adalah merupakan input method dalam sistem organisasi social. Ia fungsinya mengatur sikap dan prilaku orang-orang yang terlibat dalam organisasi itu agar dapat mejaga hak-hak orang lain yang merupakan kewajibannya. Dengan ini penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pimpinan dan bawahan perlu duduk bersama untuk merumuskan kode etik yang diperlukan. Caranya bisa dengan mengadopsi kode etik organisasi lain.
2. Hasil rumusan ditetapkan sesuai aturan organisasi masing-masing tentang siapa yang menetapkan.
3. Hasil ketetapan disosialisasikan kepada semua pihak termasuk stakeholder organisasi. Salah satu bentuk sosialisasi adalah publikasi di dinding dengan cara dicetak besar dan ditempelkan di dinding.
4. Diperlukan semacam dewan kehormatan untuk menegakkan kode etik itu jangan sampai hanya sebatas aturan yang tidak ada gunanya. Bagi pelanggar harus diberikan hukuman yang yang meimbulkan efek jera.
5. Perlu ada evaluasi periodik terhadap efektivitas dan keserasiannya dengan karakter lingkungan setempat.
Sumber: http://medanbisnisdaily.com/news/read/2013/03/24/19725/terperangkap_dalam_taruhan_bola/#.U0itAaKebDc

BERKAH dan HIKMAH dari KEBERADAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)



BERKAH dan HIKMAH
dari KEBERADAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

 
Oleh Sugiri  Dosen ICT dalam Manajemen Pendidikan dan Sistem Informasi Manajemen
STKIP  Muhammadiyah Bogor

ICT atau (TIK: Indonesia) menjadi indikator kemajuan peradaban manusia. ICT secara luas digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Secara umum, teknologi ini digunakan untuk mengumpulkan
data berupa angka, grafik, audio atau video dengan cara merekam, membuat dan memprosesnya menjadi informasi, dan kemudian menyimpannya atau untuk dibawa mereka kembali dalam bentuk yang sangat berguna (siap pakai) setelah itu informasi didistribusikan ke berbagai pihak. Dalam kasus ini bahkan ICT ini digunakan sebagai media komunikasi yang mentransfer informasi dari komunikator kepada komunikan dengan harapan kesamaan pandangan antara sumber (komunikator) sebagai pengiriman dan orang yang ditargetkan menerima informasi (komunikan).

Subhanalloh, kita memuji Allah dan me
nsucikan-Nya yang telah memfasilitasi kemajuan ICT sehingga kita dapat mengelola catatan (record) dari informasi penting dan berharga baik dalam "hard copy" atau "soft copy".

Kami berpikir bahwa seorang pria bisa membuat catatan atau merekam peristiwa dalam bentuk audio-video yang bisa dilihat oleh orang-orang yang tinggal itu. Ini adalah miniatur rekaman yang menakjubkan. Hal ini tak terbayangkan apa dan bagaimana teknologi yang dimiliki Allah SWT yang digunakan oleh para malaikat, Atid dan Rokid yang mendaftar atau merekam sikap dan perilaku kita. Semua kata dan perilaku manusia seperti halnya manusia tidak akan luput dari rekaman on-line sepanjang masa. Rekaman itu akan diberikan kepada masing-masing dari kita. Sementara sebagian besar memoar buruk karena perilaku kita buruk, catatan akan diberikan kepada kita di sisi kiri. Dan sebaliknya jika catatan sebagian besar baik, ia akan diberikan kepada tangan kanan kita.
Karya ini dapat menjadi perhatian kita bahwa kita harus selalu
berkata dan berperilaku baik karena kita secara digital terhubung dengan ICT yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Dengan operator malaikat Rikid dan Atid.

Termasuk ini marilah kita tidak menggunakan "facebook" hanya untuk mengeluh dan mengeluh apalagi menghina atau menyatakan hal-hal negatif. Lihatlah
mereka pengguna facebook mengeluh sendiri dan itu tercatat dalam akun facebook. Mereka sudah bisa menelanjangi diri sendiri. Bagaimana kita menghapusnya!
Kemajuan ICT adalah berkah bagi kita sehingga kita dapat berkomunikasi secara digital antara k
ita dan bahwa kita sadar bahwa kita tidak luput dari catatan dengan ICT yang dimiliki Allah SWT.
Semoga bermanfaat.
BERKAH and HIKMAH 
of THE EXISTENCE OF INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT)

ICT or (TIK: Indonesia) becomes an indicator of the progress of human civilization. ICT is widely used in various fields of life. In general, this technology is used to collect numeric data, graphics, audio or video to record, process them into information, and then save them or to take them back in a very useful form (ready to use) after that information is distributed to various parties. In case even this ICT is used as a medium of communication that is transferring the information from the communicator to communicant in the hopes of commonality of views between resources (communicator) and targeted delivery of information (communicant).
 
Subhanalloh, we praise Allah and purify HIM who has facilitated the advancement of ICT so we can administer the records (record) of important and valuable information both in "hard copy" or "soft copy".
We think that a man can take notes or record audio-video events that can be seen by the people who lived then. It is a devastating recording miniature. It is unimaginable what and how technology that belongs to Allah SWT being used by the angels, Atid and Rokid that register or record the attitudes and our behavior. All said and human behavior as much as any human would not be spared from the on-line recording of all time. The tape will be given to each of us. While most memoirs bad because our behavior is bad, the records will be given to us on the left hand. And vice versa if the notes are mostly fine, he will be given to our right hand.
This paper may come to our attention that we have to always say and behave well because we are digitally connected with ICT that has been created by Allah SWT.
 
Including this let us not use “facebook” just to complain and complain much less insulting or stating negative things. Take a look our complain itself was noted in our facebook account. How do we remove it!
ICT progress is a blessing for us so that we can communicate digitally between us and that we are aware that we are not immune from the record that belongs to Allah SWT’s ICT.
May be useful.

Senin, 09 Maret 2015

THE PROPHET MUHAMMAD NOT JUST A COMMON TEACHER BUT AN EXTRAORDINARY ONE


By Sugiri, A lecturer of Teaching Profession In STKIP Muhammadiyah Bogor

I studied deeply an article entitled “Lessons in Leadership from the Life of the Prophet Muhammad” published in http://knowledge.wharton.upenn.edu

I got one good viewpoint that was stated by non-Muslim viewer or historian, John Adair. He, highlighted the culture matter in which Muhammad lived as long as his struggle. This historian gave focused explanation to why Muhammad succeeded to do his best because he knew the social environment well so he succeeded in Changing bad situation into a better and even the best one.

I suggest teachers apply what Muhammad Peace be Upon Him, has done to his followers. Teacher should give deep attention to comprehend his long historic journey and find many keys to improve the teaching and learning process in their own countries.
You all teachers are definitely  invited to read the article.

The article is as follows:

The Leadership of Muhammad is a new book by British management scholar John Adair that mines the life of the Prophet Muhammad to highlight his extraordinary qualities as a leader. According to Adair, success is a function of leadership, and his short work provides anyone interested in learning how to lead and motivate with a wealth of insight, according to this review by Muqtedar Khan, an associate professor of political science and international relations at the University of Delaware.
Over the years, Muslim and non-Muslim historians have written many books about Prophet Muhammad as a leader, highlighting the divinely guided qualities of his personality as the final messenger of God, according to Islamic beliefs. But in the past century or so, a modernist, rationalist school of Islamic thought has emerged, which focuses on examining Prophet Muhammad as a charismatic leader as well as being the messenger of God.
Developed by thinkers like Sir Syed Ahmed Khan and Shibli Nomani in India and Sheikh Muhammad Abduh and Rashid Rida in the Arab world, this school seeks to minimize the miraculous nature of the Prophet’s biography to explore the rationalist and humanist dimensions of his personality. Their interpretations are formed by many categories that guides modern thinking — the Prophet Muhammad as statesman, as a businessman, as a political leader and a spiritual guide.






British management scholar John Adair’s new book, The Leadership of Muhammad, joins this body of work, even though he is not a modernist Muslim. But Adair’s interpretation is different from most Muslim biographers of Prophet Muhammad in several key ways. First, Adair, who served with a Bedouin regiment in the Arab Legion, emphasizes the context in which he lived over abstract moral principle. His narrative is rich with discussions of tribal practices and the day-to-day habits and traditions that had an influence on Prophet Muhammad. If Adair’s goal is to argue that leadership styles must conform to the cultural context in which they find themselves, he succeeds. In episode after episode, he shows how Prophet Muhammad’s understanding of the tribal norms of Arabia helped him become an inspirational leader as well as an effective manager. Leading from the Front
Adair is singular in his focus on Prophet Muhammad as a leader. Unlike other commentators, he does not aim to explain or glorify Islam and Islamic teachings, and this allows him to home in on the aspects of Prophet Muhammad’s personality and cultural context to illuminate his leadership qualities.
Metaphors, such as comparing leaders to shepherds, and adjectives like humble and courageous appear frequently throughout the book. A good shepherd guides his sheep, unites them, works for their welfare without taking advantage of them and cares for each individual. Adair sees those characteristics in the Prophet Muhammad. Not only did he care for the well-being of each and every member of his flock, he was uncompromising in his determination to protect the integrity of his mission.

Adair conveys many nuggets of wisdom about what constitutes leadership, how it can be developed and understood, using a simple narrative style to tell the story of a very special man, one who was at once a business leader, a political authority, a community activist, a social entrepreneur, a divine source and a humane role model.
Adair has strong views about what makes great leaders stand out. They lead from the front and lead by example. They must eschew arrogance, exude humility, be truthful, be prepared to share any hardship with followers, and provide both vision and dedication to achieving a task at hand. Success to Adair is a function of leadership, and Muhammad — as a prophet who transformed Arabia and much of the world with his teachings — could not have achieved success without being a good leader. This is the unstated assumption that holds the book together.
Based on that, Adair mines the life of Muhammad to highlight his extraordinary qualities as a leader and the acumen with which he deployed these attributes. One is an account of an encounter between one of his followers and the Prophet while he was drawing up the formations of Muslims before the battle of Badr, a key military victory for the fledgling religion:
As Muhammad was walking up the line straightening it with an arrow in his hand, he came to one Sawadi Ibn Ghaziya, who was standing too far out of line. "Stand in line, O Sawadi," the Prophet said, gently pricking him in the belly with his arrow. "You have hurt me, O apostle of God," Sawadi cried, with a much-exaggerated cry of pain. "God has sent you to teach us about right and justice, so please allow me to retaliate". "Take your retaliation," said Muhammad with a smile, uncovering his own belly. Sawadi kissed it and embraced him. "O Messenger of God," he said. "You see what is before us, and I may not survive the battle, and as this is my last time with you I want my skin to touch yours.’ Muhammad then blessed him. With soldiers like that you tend not to lose battles.
Elsewhere, Adair captures the love and affection that Prophet Muhammad’s followers showered on him. As the thinking goes, You can be appointed a commander or a manager, but you are not a leader until your appointment is ratified in the hearts and minds of those who you lead.
The Advice of Women
Adair’s book is neither a scholarly nor a systematic study of the subject. It is a short book of 117 pages, which brings insight into the decisions of the Prophet. It does have one shortcoming: The author fails to explore fully how the Prophet Muhammad respected the opinion and advice of women even while making very serious decisions. One of his anecdotes from the Prophet’s life captures this quality aptly:
After Prophet Muhammad agreed to the terms and conditions in the peace treaty imposed by the Quraysh tribe at Hudaybia, many of his companions were profoundly upset with him, since the terms were favorable to the enemy. All of his companions refused to obey a direct command of his, which was to make the sacrifices and complete some of the rituals of the Hajj. Prophet Muhammad, saddened and worried by this development, retreated to his tent where his wife Umm Salama, advised him to go back out and silently perform the very acts he had ordered. When his companions saw him lead by example, they immediately followed him and a major mutiny was averted.
At a time when the public sphere is filled with Islamophobic narratives determined to caricature the noble Prophet and demonize the Islamic faith, this cameo about his leadership lessons comes as a welcome and edifying relief.